Jakarta dikuasai banjir.
Dari lorong-lorong sempit hingga jalan protokol seperti Thamrin dan
Sudirman. Dari kampung kumuh hingga Istana Negara. Rumah kumuh dilumat.
Berlantai-lantai parkiran
Hingga Jumat 18 Januari
2013, banjir masih menguasai sejumlah wilayah. Ketinggian air memang
bervariasi. Ada yang cuma 20 sentimeter. Tapi di dataran rendah atau
pinggir kali bisa menenggelamkan orang. Lebih dari dua meter. Repotnya
hujan di sejumlah wilayah, Bogor dan Puncak masih mencurah. Dan banjir
masih mengancam.
Belum lagi, kemungkinan
klaim dari konsumen akibat pengiriman barang yang terlambat. Akibat
banjir bandang ini biaya logistik diperkirakan naik sekitar 5 persen per
hari. "Memang, jika hanya sehari, tidak akan terlalu besar kenaikannya.
Tapi, jika sampai beberapa hari, tentu akan lebih tinggi," kata Sofjan.
Kerugian
akibat banjir itu ditanggung sendiri oleh pengusaha. Lantaran semenjak
beberapa tahun belakangan, perusahaan asuransi tidak mau menanggung
klaim karena banjir. Jadi yang bisa dilakukan pengusaha saat ini,
lanjutnya, hanya meminimalisir kerugian itu sehingga roda perusahaan
tetap bergerak.
Padahal, perekonomian,
khususnya di DKI Jakarta, tengah bertumbuh hingga triwulan III-2012.
Berdasarkan situs resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, perekonomian di
ibukota pada periode itu mencapai 2,2 persen dibandingkan
triwulan II-2012.
Hampir semua sektor
mengalami peningkatan produksi, kecuali pertambangan dan penggalian.
Sebagian besar sektor ekonomi tumbuh di atas 1 persen, kecuali pertanian
dan industri pengolahan. Sektor produksi industri manufaktur besar dan
sedang memang turun 0,85 persen pada triwulan III-2012 dibanding
triwulan sebelumnya. Tetapi secara nasional sektor ini naik 2,06 persen.
Sementara itu, Indeks Tendensi Konsumen
DKI Jakarta pada
triwulan III-2012 mencapai 114,72. Artinya, kondisi ekonomi konsumen
meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Tingkat kepercayaan atau
optimisme konsumen pada triwulan III-2012 meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Ini ditandai dengan kenaikan nilai ITK sebesar 3,24
poin.
Pedagang pasar dan ritel merugi Momentum
ekonomi DKI Jakarta yang tengah bertumbuh itu tentu akan memukul dunia
usaha. Sebab, di tengah tingkat kepercayaan dan optimisme konsumen,
banjir melanda Jakarta.
Secara tidak langsung, kondisi itu
berpengaruh pada tingkat daya beli konsumen. Kebutuhan konsumen
berpotensi meningkat akibat dampak banjir, sehingga memukul daya beli.
Dampak
itu pula yang dirasakan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia.
Selain kenaikan harga, kondisi iklim yang tidak menentu telah
menyulitkan usaha mereka. "Akibat banjir di mana-mana, distribusi ke
pasar-pasar terganggu," kata Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh
Indonesia, Ngadiran, kepada
VIVAnews, di Jakarta, Jumat 18 Januari 2013.
Keterlambatan
pasokan seperti sayuran bisa memicu kerusakan produk segar itu.
Akibatnya, dapat berimbas pada omzet penjualan. "Jika per hari bisa
memperoleh Rp700-800 ribu, kini Rp500 ribu saja sudah terengah-engah,"
kata Ngadiran. Apalagi banjir kali ini meluas dan dan merendam sejumlah
rumah warga, pertokoan, hingga pasar-pasar. Situasi itu diperkirakan
menyulitkan warga untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.
Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, wilayah yang terendam
air seluas 41 kilometer (km) persegi atau 8 persen dari seluruh wilayah
DKI Jakarta. Dari jumlah itu, wilayah terberat ada di sekitar Jakarta
Barat dan Jakarta Utara.
"Sekitar Penjaringan, juga sepanjang
bantaran Sungai Ciliwung, tinggi bervariasi, ada yang 3 meter," kata
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo
Purwo Nugroho dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Jumat.
Sutopo
menuturkan, dengan luas itu, 910 RT, 337 RW, 74 kelurahan, dan 31
kecamatan terendam banjir. Sebanyak 97.608 kepala keluarga atau 248.846
jiwa menjadi korban bencana tersebut. "Pengungsi mencapai 18.018 jiwa
hingga pukul 07.00 WIB, korban meninggal 11 orang," ujarnya.
Selain
itu, sektor yang terkena dampak banjir adalah industri ritel. Air yang
menggenangi Mega Mall Bekasi sejak pukul 03.00 WIB, Rabu dinihari lalu,
menimbulkan kerugian cukup besar. "Jumlah pasti kerugian masih kami
hitung. Tapi, setidaknya, dalam satu hari di Mega Mall Bekasi,
perputaran uang mencapai Rp20 miliar lebih," kata Direktur Operasional
Mega Mall Bekasi, Gunarso Ismail, Rabu lalu.
Di Mega Mall Bekasi terdapat ribuan kios dan
counter. Sementara itu, yang terkena banjir di lantai bawah ada 400 lebih
tenant (kios/
counter).
Pengelola
Mega Mall Bekasi, menurut dia, hanya bertanggung jawab terhadap
kerusakan pada bangunan mal, sedangkan untuk barang dagangan menjadi
tanggung jawab pemilik kios. "Makanya sebelum perjanjian sewa, kami
selalu meminta agar barang dagangan diasuransikan. Meskipun tidak ada
penggantian kerugian barang, tapi nanti kami akan kasih mereka
kompensasi," tutur Gunarso.
Kantor bank tak beroperasi Hujan
dengan intensitas tinggi selama beberapa hari terakhir, yang memicu
banjir di
Jakarta dan sekitarnya itu, juga berimbas pada operasional
sejumlah bank.
Tercatat, sebanyak 36 kantor cabang PT Bank Mandiri
Tbk tidak beroperasi. Dari jumlah 36 cabang yang tidak beroperasi
tersebut, sebanyak 19 cabang terletak di Jakarta Barat, 8 cabang di
Jakarta Utara, 6 cabang di Jakarta Pusat, 2 cabang di Jakarta Selatan,
dan 1 cabang di Jakarta Timur.
"Kantor cabang itu sementara
dialihkan untuk memastikan tetap terpenuhinya kebutuhan pelayanan
nasabah," kata Sekretaris Perusahaan, Bank Mandiri, Nixon LP Napitupulu,
di Jakarta, Jumat 18 Januari 2013.
Untuk memberikan layanan kepada nasabah, Nixon menjelaskan, nasabah dapat memanfaatkan layanan
e-channel
atau datang ke cabang Bank Mandiri yang tidak terkena banjir. "Bagi
nasabah yang membutuhkan layanan perbankan, kami harapkan untuk datang
ke kantor-kantor cabang Bank Mandiri terdekat guna memanfaatkan layanan
e-channel Bank Mandiri," ujarnya.
Sementara
itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk memastikan operasional perbankan
terhadap nasabah secara umum tidak terganggu bencana banjir yang melanda
beberapa lokasi di Jabodetabek. Namun, BNI mencatat, ada 57 anjungan
tunai mandiri (ATM) dan 27 outlet yang terhenti operasionalnya akibat
bencana banjir.
Sekretaris Perusahaan BNI, Tribuana
Tunggadewi, mengatakan, hingga saat ini, dari total ATM BNI di
Jabodetabek yang berjumlah 2.566 ATM, sebanyak 57 ATM terkena dampak
banjir. Ini antara lain karena akses menuju ATM banjir, listrik di
lokasi mati, dan sebagian kecil terendam.
"Sedangkan total outlet
di Jabodetabek sebanyak 478 outlet, dan yang terkena dampak banjir 27
outlet," ujarnya. Kondisi ini, dia melanjutkan, karena akses masuk
menuju outlet terhalang.
Sementara itu outlet yang tidak terkena dampak banjir tetap beroperasi seperti biasa. "Transaksi
internet banking dan
SMS banking berfungsi dengan baik," ujar Dewi di Jakarta, Jumat 18 Januari 2013.
BNI,
menurut dia, telah mengantisipasi dampak banjir di Jakarta dan
sekitarnya sejak November 2012, sehingga imbas terburuk akibat bencana
alam dapat ditekan seminimal mungkin.
Kondisi serupa terjadi pada
sekitar 50 kantor layanan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk di Jabodetabek.
Sekretaris Perusahaan BRI, Muhamad Ali, mengatakan, meski sejumlah
kantor mengalami gangguan, BRI tetap melayani nasabah melalui
e-Banking seperti
SMS banking, anjungan tunai mandiri, dan
electronic data capture (EDC).
Ali
menjelaskan, banjir juga telah menghentikan operasional unit kerja di
RSAL Mintoharjo, Bendungan Hilir, Jakarta Selatan. Terdapat 10 unit
kerja yang terganggu banjir, tapi bisa beroperasi. Sementara itu, yang
berhenti sama sekali terdapat 5 kantor cabang pembantu, 3 kantor cabang,
3 kantor kas, 5 kantor unit BRI, serta 3 teras BRI.
Menurut Ali, layanan
e-Banking
BRI tidak mengalami gangguan. Sebab, BRI memiliki dua data centre yang
dilengkapi dengan sistem yang terbaru. Keduanya beroperasi secara
paralel, sehingga selalu dapat saling mendukung, dan mengantisipasi
dampak bencana atau gangguan lain.