Bahan Berita - Pakar Teknik Sipil Hidro dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Bambang Yulistiyanto dikukuhkan sebagai guru besar baru di UGM pada Selasa, 5 Feruari 2013.
Pengukuhannya berlangsung seusai Bambang mempresentasikan pidato ilmiah bertajuk 'Pelestarian Pemanfaatan Sungai Secara Terpadu dan Berkelanjutan bagi Kemaslahatan Manuasia' di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar UGM.Pidato ilmiah Bambang mengungkapkan beragam potensi berbagai karakter aliran sungai di Indonesia yang selama ini justru banyak diperlakukan secara salah. Dia juga memerinci banyak potensi sungai yang belum banyak dimanfaatkan dan malah di sebagian tempat lenyap karena ada perubahan fisik morfologi sungai. "Pengelolaan sungai harus sesuai tiga prinsip, konservasi, optimalisasi potensi sungai dan pengendalian daya rusak air sungai," kata Bambang.
Peraih gelar doktor teknik dari Ecole Polytechnique Federale de Lausane, Swiss itu menjelaskan konservasi sungai harus dimulai dengan pengamanan palung sungai dari erosi akibat pemanfaatan lahan sempadan untuk kegiatan manusia. Dia menyoroti konsep tata kota di Yogyakarta yang pemukimannya sudah terlanjur menyesaki hampir seluruh sempadan sungai.
"Penjarahan sempadan sungai paling parah di Jakarta," kata dia.
Bambang memuji langkah Gubernur Jakarta, Jokowi yang merintis pembangunan rumah deret untuk mengurangi permukiman di sempadan sungai. Meski masih memanfaatkan sebagian lahan sempadan, pembanguan rumah deret itu bisa meminimalisir penjarahan lahan pinggir sungai. "Untuk memaksimalkan upaya ini tantangannya berat sekali sebab pasti ada resistensi masyarakat," ujar dia.Untuk konservasi, dia juga menyarankan pemerintah perlu memulai mengatur manajemen debit air sungai secara ketat. Konservasi selanjutnya, yang menurut Bambang menjadi tantangan berat, ialah perlindungan kualitas air sungai. Kata dia, limbah pertanian dan rumah tangga, sampah, efek penambangan material merupakan sumber pencemaran yang sulit sekali dikendalikan. Pemetaan sumber pencemaran dan solusi merupakan kebutuhan penting saat ini.
Bahaya paling rawan, kata dia, banjir debris atau aliran deras dengan material, seperti banjir lahar dingin. "Solusinya hanya pembangunan sabodam kuat dan sistem pemantauan gerakan material di hulu sungai yang cermat untuk peringatan dini," ujar dia.
Sumber : Tempo.co
0 comments:
Post a Comment